Powered By Blogger

Kamis, 21 Februari 2013

HURT

Aku... perempuan biasa-biasa saja yang bertemu dengan 2 orang laki-laki dengan karakter yang amat sangat berbeda, laki-laki dingin nan cuek dan laki-laki ramah nan polos. Kehadiran mereka, mengubah hidupku......

.
.
.
.

Kulirik jam di tanganku setiap 5 detik sekali. Dia belum datang juga. Sebenarnya apa yang dia lakukan sampai-sampai dia terlambat menjemputku hari ini.

Pukul 06.00, dia masih juga belum sampai ke tempatku ini. Kesal rasanya menunggu. Aku termaksud orang yang tidak suka menunggu. Jadi, terang saja sedaritadi aku gelisah. Mondar mandi kesana kemari hanya untuk menunggunya.

Tak lama kemudian, terdengar klakson mobil berbunyi. Aku sangat mengenal mobil itu, dan tentu saja pemiliknya. Itu dia, orang yang sedaritadi kutunggu.

Aku mendekati mobil itu dan mengetuk kaca mobilnya. Sang pengendara membuka pintu penumpang dan menyuruhku masuk. Aku sesegera mungkin masuk dan mulai menggerutu tak jelas padanya.
"Selalu begini." ucapku ringan sambil memasang wajah masam.
"Maaf tadi macet. Jangan manyun dong, jelek." jawabnya mencari alasan yang yaaah bisa dibilang sudah basi.
"Halah basi! Gak ada alasan lain selain M.A.C.E.T?" kataku sambil menyilangkan kedua tanganku di dada.
"Duhhhh udah dong jangan marah... yaudah sekarang kita berangkat, nanti terlambat." ucapnya enteng.
"Emang udah T.E.R.L.A.M.B.A.T tuan!" kataku kesal sambil meliriknya sinis.
Beginilah pemandangan sehari-hari kalau dia datang terlambat menjemputku. Kakakku, lebih tepatnya orang yang sudah seperti kakakku sendiri ini adalah supir pribadiku saat aku ingin berangkat ke sekolah. Setidaknya, dia mau mobilnya ditumpangiku setiap harinya.
"Kak, nanti gak usah antar aku pulang ya." kataku sambil sedikit menyimpulkan senyum manisku.
"Loh? Kenapa Jess?" tanyanya heran.
"Aku masih ada kegiatan lain kak, jadi kak Ken gak perlu antar aku pulang. Oke?" jawabku jelas.
"Beneran gak usah diantar? Aku takut kamu kenapa-kenapa di jalan nanti." ucapnya khawatir, atau sok khawatir?
"Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa jaga diri aku sendiri. Oke?" kataku menjelaskan.
"Yasudah." jawabnya singkat.

Mobil Ken mulai melaju cepat menuju sekolahku. Diperjalanan aku hanya diam membaca buku biologiku karena nanti akan ada ulangan di jam pertama. Sesekali ku lirik Ken yang sedang konsen menyetir. Terlihat Ken sepertinya sedang kesal karena sedaritadi aku melihat wajahnya begitu masam. Aku memberanikan diri untuk bertanya padanya.
"Kak... kak Ken kenapa sih kok kayanya lagi kesel begitu?" tanyaku perlahan, takut dia akan marah.
"Aku? Kesel? Enggak kok, cuma lagi bingung aja." jawabnya sambil memegang keningnya.
"Bingung? Bingung kenapa? Cerita aja sama Jessica kak." ucapku sambil mengelus pelan pundaknya.
"Kamu........ ah emmmm gak jadi deh Jess...." jawabnya menggantung dan membuatku semakin penasaran.
"Ya ampun kak masih gak mau cerita juga? Sica ngambek nih!" aku merajuk agar Ken mau menceritakan masalahnya padaku.
"Yah ampun kamu kebiasaan deh. Jangan ngambek begitu, nanti aku cubit pipinya. Mau?" Ken meledekku dan membuatku bergidik ngeri.
"Oke oke oke jangan cubit pipi aku lah! Tapi, nanti harus cerita, oke?" jawabku pasrah karena aku tidak mau pipi imutku ini menjadi kemerahan dibuatnya.
"Iya cantik." seperti biasa, dia mulai memujiku. Biasanya kalau sudah begini, pasti ada maunya.
"Ya ya ya sudahlah..." aku mengibas-ngibaskan tanganku di depan wajahnya dan mulai melanjutkan membaca buku biologiku yang sangat tebal ini.

15 menit kemudian kami sampai di sekolah. Ken memarkirkan mobilnya di samping mobil berwarna biru yang pemiliknya juga baru keluar dari mobil itu. Jimmy langsung menghampiri kami berdua setelah dia keluar dari mobilnya. Jimmy adalah sahabat Ken dan setauku mereka sudah bersahabat sejak lama. Sebenarnya aku tidak begitu mengenal Jimmy karena akupun baru bertemu dengannya 2 hari yang lalu. Tak lama setelah Jimmy menyapa Ken, Jimmy memandangku dan menyapaku.
"Eh, hai Jessica." sapanya sambil tersenyum.
"Eh, hai juga. Emmmmm aku sepertinya harus segera masuk kelas, ada ulangan di jam pertama hari ini. Bye." jawabku sambil melambai-lambaikan tanganku ke arah mereka berdua.
"Bye....." sahut mereka berbarengan. Entah mengapa terlihat ekspresi kekecewaan di wajah Jimmy.

Bel masuk pun berbunyi, aku mulai berdoa untuk memulai ulangan biologiku hari ini. Aku takut kalau nanti aku tidak bisa mengerjakan soal-soal itu. Aku melihat Fany, sahabatku baru datang dan langsung duduk di sebelahku. Terlihat ekspresi wajah gugup darinya, sepertinya dia juga takut dengan ulangan kami hari ini. Entah mengapa sepertinya murid-murid disini takut akan ulangan hari ini. Tapi, apa yang perlu ditakutkan? Mungkin kami hanya takut dengan gurunya, bukan soal-soal ulangannya. Aku bercerita kepada Ken kalau aku sangat takut untuk menghadapi ulanganku hari ini, dan respon yang dia berikan hanya TERTAWA. Ya, TERTAWA. Dia bilang, buat apa takut dengan ulangan biologi. Itu pasti karena gurunya, bukan karena soalnya. Dia bilang, "Kertas soal ulangan tak akan bisa melahapmu hidup-hidup adikku sayang". Sepertinya perkataan Ken ada benarnya juga.

Bel jam pertama dimulai. Semua perhatian siswa tertuju pada guru biologi yang baru masuk itu. Untuk mengurangi rasa gugupku, aku mencoba mengajak Fany bicara.
"Fany, udah belajar kan? Hehehe..." ucapku sambil menyenggol lengan Fany.
"Ah ya, udah kok Sica. Kamu?" tanyanya padaku sambil memegang tanganku erat, sangat erat.
"Uuudah... Kkk.... kamu ngapain pegang-pegang tanganku begini?" tanyaku heran. Tangannya dingin sekali. Mungkin pengaruh AC di ruangan ini.
"Aaaku agak gugup nih Sica, takut gak bisa jawab soal-soalnya." jawabnya singkat.
"Ah udah relax aja, kita pasti bisa. Berdoa dulu sebelum ngerjain." saranku padanya.
Waktu ulangan telah dimulai. Kulihat Fany mengaitkan jari-jari lentiknya tanda berdoa. Aku juga demikian. Ulangan dimulai dengan suasana kelas yang sepi dan sunyi.

Pelajaran biologi telah usai, itu artinya ulanganpun telah usai. Kulihat wajah Fany yang terlihat senang saat ini. Aku mencoba bertanya padanya.
"Fany, kenapa?" tanyaku terheran karena perubahan sikapnya yang begitu drastis.
"Ahahaha ternyata soalnya gak susah, aku lancar ngerjainnya tadi. Kamu gimana?" jelasnya padaku.
"Lanca kok, lancar banget hahaha ternyata gak sesulit yang aku bayangin sebelum ulangan tadi." jawabku sambil menunjukkan seulas senyum padanya.
"Jelas nih sekarang, kita takut sama gurunya bukan sama soalnya..." katanya riang sambil menepuk pundakku pelan.
"Hahahaha..." tawa kami berbarengan.

Bel istirahat berbunyi. Aku segera menarik Fany ke kantin. Aku lapar, aku butuh makan untuk membuat konsentrasiku bertambah. Tiba-tiba aku tak sengaja menabrak seseorang.
BUK!
Itu Jimmy. Kepalaku pusing, seperti habis kejatuhan benda cukup berat padahal aku hanya tertabrak Jimmy. Terang saja, tubuhnya agak berotot dan agak besar. Setara dengan cowok-cowok tampan yang suka gym. Hampir saja aku terjatuh karena kepalaku yang pusing ini, tapi Fany sigap memegangiku. Kulihat Jimmy menatapku dari atas sampai bawah. Seperti ada sesuatu yang aneh padaku. Dia memegang pipi kananku dan menatap mataku dalam-dalam. Apa yang akan dia lakukan? Jantungku berdegub cepat sekali. Tapi tak lama kemudian, Ken menepis tangannya yang memegang pipiku. Lalu Ken menyuruhku bersembunyi di belakang tubuhnya. Ayolah Ken apa yang kau lakukan!? Jimmy mengerutkan keningnya tanda bingung "Kau ini kenapa Ken?" tanya Jimmy heran. Ya, sikap Ken begitu tidak biasa "Gapapa. Jangan pegang-pegang. Mahal!" jawabnya lantang. Apa maksudnya? Dasar cowok aneh "Kak Ken apa sih?" tanyaku kesal dan kembali melangkah ke depan, berdiri diantara Ken dan Jimmy. Ken dan Jimmy sama-sama menatapku. Ngeri. Mereka seperti singa yang baru mendapat mangsa. Tak mau berlama-lama disini, aku langsung menarik tangan Fany dan berlari menuju kantin.

Di kantin aku melihat berbagai macam makanan enak. Aku mulai menyambahinya satu persatu. Aku membeli banyak makanan dan berniat untuk membaginya pada Fany. Fany tidak ikut memesan makanan. Kusuruh dia duduk manis menungguku datang dengan berbagai makanan-makanan enak ini. Aku masih mencari makanan apalagi yang akan aku beli. Tiba-tiba... BUK! Aku menabrak seseorang lagi. Kali ini dia perempuan. Kulihat dia jatuh dan makanannya tumpah. Kubantu dia berdiri dan membersihkan makanannya yang tumpah "Maafkan aku, aku tidak melihatmu. Maafkan aku." kataku memohon sambil terus membersihkan makanannya. Kulihat wajahnya, dia tidak menunjukkan ekspresi marah atau apa, hanya datar "Maaf.... aku minta maaf." kataku panik. Kupikir dia marah padaku, ternyata tidak "Udah gapapa kok. Aku bisa beli lagi nanti." katanya datar tanpa ekspresi. Aneh sekali dia. Aku mencoba menyentuhnya, namun dia sesegera mungkin pergi dari hadapanku. Entah mengapa, tapi sepertinya dia memang marah padaku.

Aku selesai membeli makanan dan memutuskan untuk kembali ke meja dimana Fany menungguku. Kulihat Fany yang sedang duduk sambil mendengarkan musik melalui iPhonenya. Dia menoleh padaku dan langsung berdiri, membantuku membawa makanan-makanan ini "Banyak banget Sica, mau pesta? Hahahaha." tanyanya meledek. Aku hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Fany tadi. Aku masih memikirkan perempuan yang tadi kutabrak. Aku langsung duduk tanpa mengeluarkan sepatah katapun. Fany melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku "Helloooo Sica! Kamu kenapa sih?" tanyanya. Aku langsung sadar dari lamunanku dan mengerjapkan mataku "Ah, ya? Aku gapapa hehehe." jawabku singkat disertai tawa garing. Aku menyuruhnya untuk makan dan melupakan lamunanku tadi "Makan yuk, aku udah laper banget hehe." ucapku berbohong. Tak lama, aku melihat Ken dan Jimmy dari kejauhan dan sepertinya mereka akan menghampiri kami disini.

Dugaanku benar. Ken dan Jimmy datang dan langsung duduk di kanan dan kiriku. Aku heran, apa sebenarnya yang sedaritadi mereka rencanakan. Aku menatap mereka berdua bergantian "Apa yang kalian lakukan? Duduknya jangan begini. Tuh disamping Fany kosong. Sana ah!" kataku sambil mendorong pundak mereka berdua. Wajah mereka berubah masam, dan akhirnya Ken mengalah. Dia duduk di samping Fany. Jimmy, dia tersenyum penuh kemenangan. Tiba-tiba dia merangkul pundakku dan mendekatkan bibirnya ke telingaku. Ya! Apa yang akan dia lakukan?!

.
.
.
.
.

to be continue. . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar