Powered By Blogger

Kamis, 21 Februari 2013

HURT PART 5

Entah berapa kali kau memberi kejutan padaku hari ini. Terima kasih, aku akan selalu mengingatnya. Kau adalah satu-satunya orang yang mampu melakukan dan memberikan hal-hal indah, kejutan-kejutan indah, serta perasaan yang indah seperti yang aku rasakan saat ini. Tetaplah seperti ini dan jangan berubah...
.
.
.
.

15 menit sudah kami berpelukan saperti ini, rasanya kesedihanku tiba-tiba meluap entah kemana. Aku menengadahkan wajahku dan tidak sengaja melihat Ken dan Fany sedang melihat ke arah kami berdua. Aku segera melepaskan pelukanku pada Jimmy dan langsung menundukkan wajahku. Wajahku memanas, aku malu. Sepertinya wajahku sudah berwarna merah padam karena kejadian ini.

Jimmy yang bingung melihatku tiba-tiba menghentikan pelukan kami, memegang pundakku dan aku langsung menunjuk ke arah belakang. Jimmy menolehkan kepalanya ke arah belakang dan melihat Fany dan Ken sedang berdiri mematung melihat kami.

Wajah Fany menampakkan ekspresi senang, sambil tersenyum ia terus melihat kami. Tapi tidak dengan Ken, ekspresi wajahnya datar dan dingin. Dia seakan menahan sesuatu yang akan segera meledak karena disulut. Aku bergidik ngeri melihat Ken.

Aku langsung menundukkan kepalaku dan berjalan menuju ke arah Fany. Fany terlihat bingung melihatku, tapi aku tetap menarik tangannya menuju kelas.

Sesampainya di kelas, aku langsung mengambil semua barang-barangku dan memutuskan untuk pulang. Tapi dengan bawaanku yang sebanyak ini, aku tidak mungkin pulang naik angkutan umum. Akhirnya Fany membantuku membawa barang-barang ini dan juga memberhentikan taksi yang lewat.

Aku dan Fany pulang bersama ke rumahku. Aku ingin bercerita banyak pada Fany tentang perasaanku saat ini. Tapi mungkin lebih tepatnya menanyakan apa sebenarnya yang sedang aku rasakan saat ini.

Selama di perjalanan, aku hanya diam memandang bingkisan besar yang belum aku buka ini. Aku memandanginya sampai Fany berkata "Apa kamu gak bosen lihatin bingkisan itu terus?" tanyanya padaku. Aku tidak sama sekali melepaskan pandanganku dari bingkisan ini "Tidak, aku hanya penasaran dengan isi bingkisan ini. Besar. Apakah isinya rumah?" ujarku sambil menyunggingkan senyum jahil. Aku menoleh ke arah Fany dan aku lihat Fany sedang mengeryitkan dahinya pertanda bingung "Menurutmu? Kau pikir orang itu sekaya apa mau membelikanmu rumah hah? Bodoh sekali kau ini. Lagipula kalau ini isinya rumah mana mungkin kamu bisa membawanya. Dasar Innocent Princess, apa sekarang aku harus memanggilmu dengan sebutan Stupid Princess?" ucapnya sembil menyentil dahiku diakhir kalimatnya.

Aku tersenyum mendengar celotehan Fany, sambil memikirkan kejadian di sekolah tadi. Aku senyum-senyum sendiri sekarang. Tapi tiba-tiba bayangan tadi menghilang digantikan oleh banyangan wajah Ken yang terlihat marah. Kenapa Ken memasang ekspresi seperti itu tadi? Ada yang salah denganku dan Jimmy? Aku pikir tidak.

Sesampainya di rumah aku langsung masuk dan mendapati bunda sedang duduk di ruang tamu. Bunda terkejut melihatku pulang "Ya ampun Jessica apa-apaan itu?" kata bunda sambil berdiri dan melihat bingkisan yang aku bawa. Aku hanya senyum-senyum sendiri melihat bunda yang begitu terkejut melihat bingkisan besar dan bunga-bunga yang aku dan Fany bawa. Aku menjawab pertanyaan bunda dengat takut-takut "Emmm.... itu emmm... emmm... ini dari emm ya dari orang bunda hehe.." kataku salah tingkah.

Bunda membalas jawabanku hanya dengan senyumnya. Setelah itu dia menyuruhku dan Fany untuk pergi ke kamarku "Sudah sudah bunda tidak mau ikut campur, kalian ke kamar sana." ujar bundaku sambil melihat ke arah tangga. Aku mengangguk dan langsung menarik tangan Fany menuju kamarku.

Sesampainya di kamar, aku langsung menaruh bingkisan besar ini di atas tempat tidurku. Aku melihat Fany langsung merebahkan dirinya di kasur setelah menaruh bunga-bunga itu di atas meja belajarku. Fany melirikku dan langsung bangun "Hehehehe maaf lancang, aku lelah huumm.." katanya sambil mengerucutkan bibirnya imut.

Aku hanya tertawa melihat ekspresi wajah Fany yang lucu itu "Hahahaha Fany cukup cukup, kau membuatku geli. Sudah sudah bersikap normallah, nanti kucubit pipimu itu hahaha..." kataku sambil tertawa terbahak-bahak. Namun itu malah membuat Fany semakin mengerucutkan bibirnya. Oh ayolah aku tak tahan melihat wajah lucu Fany itu "Aisshhh iya iya silahkan tiduran lagi, kau tidak perlu membayar." kataku sambil tertawa, dan aku malah mendapatkan lemparan bantal yang tepat mengenai hidungku.

Aku dan Fany merebahkan tubuh kami yang lelah di atas tempat tidurku. Aku hanya diam dan memandangi langit-langit kamarku. Keheningan menyelimuti, aku dan Fany sedang bergumul dengan pikiran kami masing-masing. Tiba-tiba bayangan ekspresi wajah marah Ken tergambar lagi dibenakku. Aku terkejut dan bangun. Fany yang sedaritadi diam memejamkan matanya ikut terkejut dan bangun juga "Ada apa?" katanya penasaran.

Aku menunduk dan mulai menjelaskan perasaanku pada Fany "Apa kau tadi melihatku dan Jimmy berpelukan?" tanyaku pada Fany. Fany menyipitkan matanya pertanda bingung "Ya, aku dan Ken lihat. Malah dari pertama kalian berpelukanpun kami lihat. Memangnya kenapa?" jelas Fany dan itu membuatku jantungku semakin berdebar.

Aku terlihat seperti orang bodoh saat ini. Aku hanya menunduk sambil terdiam, berpikir sendirian. Fany mengejutkanku dengan pertanyaannya lagi "Sebenarnya kalian sudah berpacaran ya? Aku lihat kalian sangat mesra tadi." ujarnya sambil tersenyum. Kau tau tidak Fany, senyumanmu itu terlihat seperti senyuman kemenangan. Entahlah, tapi aku melihatnya begitu.

Fany menatapku, menuntut jawaban dariku "Tidak. Kami tidak berpacaran. Mana mungkin." kataku sambil menunduk. Aku tidak berani menatap Fany. Fany menatapku curiga. Aku bingung, sebenarnya dia mau aku menjawab apa "Kamu kenapa?" tanyaku. Fany berhenti menatapku curiga dan tiba-tiba dia memelukku "Jessica, aku menyukai Ken. Apa aku salah?" katanya sambil terus mendekapku.

Mendengarnya berkata seperti itu, aku seperti disambar petir. Aku terkejut, sangat terkejut "Apa? Kamu suka sama Ken?" ujarku sambil menahan... sepertinya air mata. Fany semakin mengeratkan pelukannya dan menjawab pertanyaanku tersebut "Iya, aku suka sama Ken." jawabnya mantap.

Ada apa denganku? Aku marah? Oh ayolah Jessica, Ken hanya menganggapmu adik dan kau tau kan kalau kau juga hanya menganggap Ken adalah kakakmu.

Aku menatap sendu Fany yang masih memelukku. Dadaku sesak, seperti ada sesuatu yang akan jatuh dari mataku. Fany melonggarkan pelukannya dan melihat mataku "Matamu merah Sica, kamu kenapa?" katanya dengan nada panik. Aku memejamkan mataku dan mulai menjelaskan semuanya "Entahlah, mungkin aku terlalu menyayangi Ken makanya aku terkejut saat kau bilang kalau kau menyukainya." mencoba bicara jujur tentang perasaanku, apa salahnya?

Fany terkejut, dia menatapku tajam dan meremas jari-jariku "Sakit Fany!" kataku sambil melepaskan genggaman tanganya. Dia mendekat dan itu membuatku spontan memundurkan posisi dudukku "Menyayangi Ken sebagai kakakmu kan? Bukankah kau menyukai Jimmy? Iya kan?" tanyanya menyelidik. Pertanyaannya sungguh tepat mengenaiku.

Aku mengangguk menandakan bahwa aku menjawab 'Iya'. Tapi 'Iya' untuk yang mana? "Iya? Kau menyukai Jimmy? Ahh ternyata benar dugaanku selama ini kan hihihihi...." ujarnya sambil tertawa dan mencubit hidungku. Fany mengira aku menyukai Jimmy? Tapi apakah memang benar aku menyukainya? Oh ayolah Jessica, kau harus memantapkan hatimu sendiri.

Tiba-tiba ponselku bergetar. Aku cepat-cepat mengambilnya dan ternyata ada telepon. Dari orang yang kemarin mengirim SMS misterius itu. Aku tekan tombol hijau di ponselku "Hallo, siapa ini?" ujarku penasaran. Seseorang di seberang sana hanya diam, tidak menjawab pertanyaanku "Hallo! Jawab ini siapa, jangan membuatku takut dengan semua teror-terormu kemarin!" bentakku pada orang itu. Tiba-tiba terdengar suara tawa disana "Hahahaha aku menyukaimu Princess." katanya lalu dia memutus teleponnya.

Jantungku kembali berdebar tidak normal. Suara itu, mirip sekali dengan suara Jimmy. Apa itu Jimmy? Tidak, aku tidak boleh menuduhnya. Manik mataku melirik bingkisan yang masih terbungkus rapi itu. Aku mendekatinya dan duduk di kasurku. Aku memandanginya sebentar sambil mengelus pelan bingkisan itu.

Perlahan aku membuka bingkisan itu. Terlihat sebuah benda berwarna putih di sana. Terus terbuka sampai terlihat wajah sebuah beruang yang sangat lucu. Kubuka terus hingga pembungkisnya terlepas semuanya. Ternyata isinya adalah boneka beruang besar yang sedang memegang bunga mawar merah. Sunggu sangat lucu. Aku berteriak dan spontan memeluknya "Kyaaaaaa lucu sekaliiii!!!!!" kataku senang.

Aku belum pernah mendapatkan hadiah seperti ini sebelumnya. Terus kupeluk boneka itu dan kucium juga. Fany yang sedaritadi melihat tingkahku hanya tersenyum senang melihatku begitu gembira mendapatkan hadiah ini.

Tak sengaja aku memegang sebuah kartu. Kartu berwarna biru yang di luarnya bertuliskan 'WO AI NI'. Aku penasaran, akhirnya aku mengambil kartu itu dan sejenak melupakan boneka beruang yang baru saja aku peluk itu.

Aku buka kartu itu dan aku menemukan kata-kata yang begitu menenangkan di sana.

Hai dear, i'm Winni...
Ada sebuah pesan untukmu dari seseorang yang menyukaimu...

Tolong jaga aku baik-baik. Peluk aku bila kau bersedih. Ceritakan semua keluh kesahmu saat kau sedang kalut. Aku siap memelukmu juga ketika kau tertidur. Aku juga akan menghangatkanmu dengan bulu-buluku yang lembut ini saat kau kedinginan. Jangan lupa cium aku sebelum kau beranjak ke alam mimpi. Itu semua tugas yang diberikan oleh seseorang yang menyukaimu.

Kau mau tau siapa?

Ah sepertinya kau sudah tau. Baiklah, semoga kau senang menerimaku di hidupmu. Aku akan menjadi teman baru untukmu.
Ayo sekarang peluk dan ciumlah aku. 

WO AI NI 

Seperti sebuah.... Surat Cinta. Tapi, apakah itu Surat Cinta? Tak kusangka ada orang seromantis ini.

Sebuah bayangan seseorang muncul dibenakku. Jimmy. Apakah semua ini dari Jimmy? Apakah ini adalah kejutan lain yang Jimmy berikan untukku? Sungguh, aku harap memang dia yang memberikan ini semua.

Manik mataku kembali melirik hadiah lain dari orang misterius ini. Bunga-bunga mawar yang sedaritadi hanya aku pegang dan tak kulihat baik-baik. Aku mengambil semua bunga itu dan aku terkejut melihat apa yang ada di sana.

Ternyata disetiap bunga itu tertulis kalimat 'AKU MENCINTAIMU' dalam beberapa bahasa. Aku mendekati Fany dan duduk di sampingnya "Fany, kenapa kau tidak bilang kalau bunga ini ada tulisannya?" kataku sambil memajukan bibirku sedikit. Fany hanya tersenyum "Aku pikir kau sudah mengetahuinya hahaha" tawanya.

Aku dan Fany membaca tulisan yang ada di bunga-bunga ini. Bunga pertama tertulis '我爱你'. Aku tau bahasa apa itu "Wo ai ni" kataku lirih, tapi Fany masih mendengarnya dan mengangguk. Bunga kedua tertulis '私はあなたを愛して' dan sekarang yang membaca adalah Fany "Watashi wa anata o aishite" katanya sembil tersenyum. Bunga ketiga tertulis '당신을 사랑' aku tau bahasa ini dan aku menyebutkannya lagi "dangsin-eul salang" kataku sambil tertawa "Bahasa Korea? hahahaha" ujarku dan Fany serempak. Ya, kami sangat tau bahasa apa ini karena kami sama-sama menyukai bahasa ini.

Bunga keempat bertuliskan 'Ich liebe dich'. Sekarang Fany yang menyebutkan "Ich liebe dich." katanya sambil membentuk jarinya membentuk lambang hati dan menempelkannya ke dadanya. Aku hanya tersenyum melihat tingkahnya. Bunga kelima bertuliskan 'Mahal kita' dan aku yang menyebutkannya sekarang "Mahal kita?" kataku sambil memirikan kepalaku pertanda bingung. Fany yang mengerti bahasa apa itu malah mentertawakanku "Hahahaha Jessica itu bahasa Fillipina." ujarnya sembil menyenggol lenganku.

Bunga keenam bertuliskan 'ผมรักคุณ' dan Fany yang membacanya "P̄hm rạk khuṇ" ucapnya jelas dan aku hanya mengeryitkan dahi. Lagi-lagi Fany mentertawakanku atas hal ini "Itu bahasa Thai dasar bodoh hahahaha" katanya sambil memukul dahiku menggunakan bunga itu. Oh ayolah aku hanya lupa itu bahasa Thailand hahaha...

Bunga ketujuh bertuliskan 'Ti amo' dan sekarang aku yang membacanya "Ahaaa Ti amo!" kataku bersemangat "Kalau yang ini aku tau habasa apa." kataku gembira. Fany menantangku "Bahasa apa hayoooo....." katanya meledek "Itu bahasa Prancis" kataku sambil mengacungkan jari telunjukku dengan semangat. Tiba-tiba Fany tertawa terbahak-bahak "Hahahahahahaha salah! Itu bahasa Italia tau hahahahaha aduh kau ini bodoh sekali." katanya sambil terus tertawa. Aku kesal dan aku menjitak kepala Fany dengan keras. Fany hanya meringis kesakitan "Aduh sakit! Yasudah ayo lanjut. Sekarang Je t'aime. Nah ini baru bahasa Prancis." katanya sambil menunjuk tulisan 'Je t'aime' di bunga itu.

Bunga kedelapan bertuliskan 'I love you' dan kami mengucapkannya serempak "I love you" dengan suara lirih tetapi masih bisa kami dengar. Bunga kesembilan bertuliskan 'Aku mencintaimu' dan kami mengucapkannya serempak lagi "Aku mencintaimu hahahahaha" ucap kami sambil tertawa.

Aku yakin, semua ini darimu. Aku sangat berterima kasih. Sungguh, kau sungguh bodoh. Apakah ini kejutan namanya? Aku selalu menunggu kejutan-kejutan lain darimu, Si Pemacu Jantung...
.
.
.
.
.
to be continue...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar