Powered By Blogger

Kamis, 25 April 2013

HURT PART 6

Aku yakin, semua ini darimu. Aku sangat berterima kasih. Sungguh, kau sungguh bodoh. Apakah ini kejutan namanya? Aku selalu menunggu kejutan-kejutan lain darimu, Si Pemacu Jantung...

Malam telah tiba, Fany sudah pulang sedari sore tadi. Aku bercerita banyak hal padanya tadi. Aku menceritakan bagaimana perasaanku pada Jimmy dan kubilang bahwa aku bingung mengartikan apa yang kurasa saat ini. Fany hanya tertawa melihat tingkahku yang menurutnya aneh, seperti orang yang baru pertama kali menyukai lawan jenis katanya. Sepertinya percuma aku bercerita padanya, karena aku tidak menemukan jawaban atas perasaanku yang sebenarnya pada Jimmy.

Pukul 20.00 aku masih mengerjakan tugasku. Aku sudah mulai merasa pusing dengan angka-angka dan kalimat-kalimat yang rumit ini. Tak sengaja aku memandang cermin, terlihat mataku yang sudah mulai sayu di sana.

Tiba-tiba ponselku berbunyi. Ada telepon dan itu dari Ken. Aku buru-buru memencet tombol hijau yang ada diponselku, "Halo" ucap kami berbarengan. Aku langsung mendekap mulutku karena salah tingkah "Sorry, aku ganggu?" kata Ken takut-takut. "Tidak, oh ya kak Sica mau minta maaf soal yang tadi di sekolah" kataku lirih sambil menundukkan kepala. "Minta maaf? Kenapa harus minta maaf? Kamu gak salah kok. Lagi pula hak kamu untuk berpelukan sama siapapun, aku gak berhak melarang kan? Haha.." katanya diakhiri tawa miris. Aku sungguh tidak enak hati dengannya karena kejadian di sekolah tadi.

"Tapi tadi kakak terlihat tidak suka saat melihatku berpelukan dengan Jimmy, apa itu yang dikatakan tidak marah?" kataku menahan air mata. Rasanya sesak saat mengetahui orang yang sudah kuanggap kakakku sendiri itu sedang marah padaku "Aku bilang aku gak marah! Aku telepon kamu cuma mau bilang kalau mulai besok pagi yang antar kamu ke sekolah dan pulang itu Jimmy, bukan aku. Maaf mengganggu waktumu. Sudah dulu. Bye." belum sempat aku menjawab semua perkataannya, dia sudah memutus telepon kami.

Tangisku pecah. Kurasa besok aku harus bicara dengan Ken tentang ini. Minatku untuk meneruskan tugasku hilang. Aku menutup semua buku pelajaranku dan langsung naik ke tempat tidur setelah itu mulai memejamkan mataku untuk tidur. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan. Semoga besok akan berjalan lebih baik.

Keesokan harinya...
Pukul 06.00 aku sudah bersiap pergi ke sekolah. Aku sedang menunggu Ken di teras, ah salah maksudku menunggu Jimmy.

10 menit kemudian, orang yang kutunggu datang. Dia turun dari mobilnya dan masuk ke rumahku “Pagi cantik.” Katanya sambil mengulas senyum. Aku juga jadi ikut tersenyum melihat sikapnya yang begitu manis pagi ini “Pagi juga. Ah yasudah ayo kita jalan ini sudah jam 6 lewat, nanti kita terlambat” kataku sambil menarik tangan Jimmy berlari menuju mobilnya.

Diperjalanan aku hanya diam sambil mendengarkan musik melalui headsetku.  Tiba-tiba Jimmy menepuk pundakku dan itu membuatku terkejut “Hey! Sudah tau belum?” katanya sambil melepas satu headset yang menggantung di telingaku. “Tau apa?” kataku sambil memiringkan kepala dan berkedip. Jimmy yang melihatku melakukan kebiasaanku saat kebingungan itu hanya tersenyum “Mulai hari ini dan seterusnya-“ belum sempat dia menyelesaikan kalimatnya, aku sudah memotongnya karena aku sudah tau lanjutannya apa “Yang mengantarku sekolah dan pulang adalah kau?” kataku dan itu membuatnya sedikit terlonjak. “Ah ya, benar. Kamu tau darimana?” katanya bingung, “Dari kak Ken, semalam dia menelponku dan memberitaukan hal ini” kataku sambil memasang kembali satu headset yang tadi dilepasnya. “Oh begitu” katanya sambil melanjutkan kegiatan menyetirnya.

Setelah percakapan tadi, tidak ada yang memulai pembicaraan lagi sampai akhirnya kami sampai di sekolah.  Aku turun dari mobil diikuti Jimmy yang setelah itu berjalan di sampingku.

Entah mengapa aura Jimmy hari ini begitu berbeda. Dia begitu mempesona? Ah entahlah mungkin itu hanya pemikiranku saja.

Siswa-siswa melihat kami sepanjang kami berjalan. Aku mengerutkan dahi pertanda bingung “Ada yang salah dengan penampilanku hari ini?” kataku bertanya pada Jimmy. Jimmy yang sedari tadi berjalan tiba-tiba menghentikan langkahnya “Emmm…. Iya Sica” katanya sambil melihatku dari atas sampai ke bawah. Itu membuatku terkejut “Hah? Kenapa kamu gak bilang dari tadi sih!” kataku sambil mengibas-kibaskan tanganku ke bajuku. Jimmy terlihat bingung “Hahaha dasar bodoh, kau hari ini tampak sangat berbeda. Kau tampak sangat cantik dan emmm… apa kau memotong rambutmu?” katanya sambil mengelus rambuku. Napasku tercekat, sungguh rasanya aku ingin terbang saat ini juga “Ah sudahlah ayo kita ke kelas” katanya sambil merangkulku.

Pagi yang menurutku paling indah, kau isi dengan keindahan pula. Aku hampir tak bisa bernapas saat kau melakukannya padaku. Tolong hentikan sebelum tumbuh sayap di punggungku dan membawaku terbang ke angkasa…

Sesampainya di depan kelasku, Jimmy menarik tanganku lalu menangkupkan kedua tangannya di pipiku “Belajar yang benar, aku tunggu kau di sini saat bel istirahat nanti. Sudah sana masuk. Aku mau ke kelas dulu ya. Bye.” katanya dan diakhir kalimatnya dia memelukku sebentar lalu pergi.

Aku berjalan memasuki kelas. Tak sengaja aku menabrak meja dan saat itu juga seluruh isi kelas tertawa dan menyorakiku “Hahahaha Sica salting tuh. Jalan aja sampai nabrak. Hati-hati dong Sica.” kata salah satu temanku meledek. “Biasalah.... Orang lagi jatuh cinta ya gitu kan hahahaha...” sahut yang lainnya.

Bayang-bayang wajah Jimmy di depan kelas tadi masih terlihat jelas. Aku hanya senyum-senyum sendiri mengingatnya “Sica! Jangan senyum-senyum sendiri begitu nanti dikira gila sama yang lain” kata Fany menyadarkanku. Aku mengedipkan mataku berkali-kali sambil menggelengkan kepalaku “Ah hehehe.... iya Fany maaf habisanya emm…. Hehehe…..” kataku sambil tertawa lagi. Fany menggelengkan kepalanya sambil menghembuskan napasnya kuat-kuat “Haaaaah inilah pemandangan seseorang yang sedang JATUH CINTA!” katanya disertai penekanan dikata JATUH CINTA.

DEG!

Apa benar ini yang disebut Jatuh Cinta? Aku? Jatuh Cinta pada Jimmy? Benarkah?

Jatuh Cinta? Benarkah? Tolong jawab pertanyaanku ini. Aku bingung dengan ini semua. Rasa sakit, sesak, senang, sedih dan sebagainya yang kurasakan akhir-akhir ini apakah adalah akibat dari peristiwa yang disebut Jatuh Cinta?

Aku mencoba berkonsentrasi dengan pelajaran pagi ini. Aku melupakan sejenak tentang Jimmy ataupun Ken yang akhir-akhir ini selalu membuat kekacauan.
.
.
.

Tanganku masih saja menulis kalimat-kalimat penting yang ada di papan tulis dengan serius. Sekarang tinggal aku sendiri yang ada di kelas. Fany yang katanya sudah tak tahan ingin makan, tadi sudah berlari menuju kantin untuk membeli makanan.

Aku menoleh ke arah kanan dan betapa terkejutnya aku saat melihat Jimmy yang sedang duduk diam memandangiku yang sedang menulis “Aishh kau mengagetkanku saja! Sejak kapan kau sudah ada disini hah?” tanyaku sambil menatapnya tajam. Orang yang kutatap itu hanya tertawa sambil memegangi perutnya. Apa dia gila, aku tanya malah tertawa “Hahahahahaha astaga kamu itu lucu. Mukamu lucu saat kaget tadi hahahaha…” katanya masih tertawa terbahak-bahak.
Dia mencubit satu pipiku sambil merangkulku. Sungguh, dia menyebalkan sekali saat ini. Kutarik perkataanku yang tadi menyebutnya mempesona hari ini.

Sekarang, aku dan Jimmy sedang berada di kantin. Aku masih saja cemberut mengingat apa yang dilakukan Jimmy di kelas tadi. Aku menyantap makanan yang aku bawa tadi dengan malas. Jimmy yang melihatku hanya berdiam sambil memakan makanannya ”Jelek banget sih kamu cemberut gitu” katanya lalu menyuap sesendok makanan. Aku yang diajak bicara hanya diam saja merespon perkataan Jimmy.

Tiba-tiba saja Jimmy bangkit dari duduknya lalu berlalu meninggalkanku sendirian. Aku bingung, seharusnya aku yang marah padanya, bukan dia. Masa bodoh dengan Jimmy, aku juga berhenti makan lalu beranjak pergi menuju taman belakang sekolah.

Aku berjalan menghampiri bangku panjang tempat biasa aku duduk memandangi rerumputan dan bunga-bunga di taman ini. Aku hanya sendirian saat ini. Rasanya amat sangat tenang. Aku sedang tak ingin diganggu.

Tapi beberapa saat kemudian, seseorang mendudukkan dirinya di bangku yang sama denganku. Gadis yang kemarin. Gadis itu terlihat berbeda, dia tersenyum melihatku. Tidak seperti kemarin yang berlari dan selalu menghindar saat aku mendekatinya.

Aku membalas senyumnya dan memulai pembicaraan ”Hey. Waah sepertinya kau sedang senang ya.” Kataku sambil tersenyum. Dia juga ikut tersenyum. Sepertinya aku dan dia hanya senyum-senyum saja sedaritadi “Haha tidak juga.” katanya sambil menunduk. Pemandangan kemarin mulai terlihat. Dia kembali murung “Kenapa lagi?” kataku sambil merangkul pundaknya.

Tak ada jawaban. Aku melihat secarik kertas yang sedari tadi dibawanya. Aku penasaran dengan isi kertas tersebut. Dia yang sedaritadi menunduk mulai meresponku “Tak apa Jessica” jawabnya sambil tersenyum. Aku tau, ada sesuatu yang tidak beres dengannya “Oh ya, sudah beberapa kali kita bertemu, tapi aku belum tau siapa namamu” kataku diakhiri tawa ringan. Gadis itu ikut tertawa melihat kebodohanku yang tidak bertanya namanya.

“Hahaha namaku Clara. Tapi kamu bias panggil aku Ara” katanya sambil tersenyum. Jadi nama gadis ini Clara. Ya, nama yang cantik ”Ah ya Ara. Emm lalu, bagaimana keadaan pacarmu. Apa dia sudah sadar dari komanya?” kataku berhati hati, takut menyunggung perasaannya.

Gadis itu menundukkan kepalanya lagi. Sepertinya aku salah tanya ”Dia sudah siuman. Keadaannya masih seperti kemarin, belum terlalu sehat. Kemarin aku menghubungi kesana lagi dan katanya bulan depan dia akan pulang ke Indonesia” katanya sambil memaksakan senyumnya.

Aku tau, Clara pasti sangat sedih dengan keadaannya saat ini. Tapi setidaknya aku ingin sekali membuatnya tersenyum walaupun hanya sehari. Tapi bagaimana caranya.

Aku memeluknya, mengelus pelan punggungnya. Mencoba menenangkan Clara. Aku juga berpikir, apa yang harus aku lakukan untuk teman baruku ini.

Beberapa saat kemudian, muncul sebuah ide diotakku. Aku melepas pelukan kami lalu beranjak dari kursi ”Sudah bel, ayo kita masuk. Nanti sepulang sekolah, aku tunggu kau disini. Aku akan mengajakmu ke suatu tempat. Kau pasti akan menyukainya” kataku sambil tersenyum riang. Clara kebingungan dengan tingkah hyperku yang tiba-tiba ”Ah baiklah. Sampai jumpa” katanya sambil melangkah pergi. Aku juga ikut beranjak dari taman ini menuju kelasku.

Kau mempesona, tapi tiba-tiba pesonamu hilang. Sungguh, aku tidak mengerti apa yang ada dalam dirimu dan mungkin aku tak akan pernah mengerti dirimu. Coba, kembalikan sikap manisku padamu. Aku tunggu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar